Qunut Nazilah ialah doa yg dibaca pada rakaat terakhir solat fardhu selepas i'tidal selepas membaca sami'Allahu liman hamidah, sebelum kita sujud. Qunut Nazilah dilakukan oleh NABI SAW untuk mendoakan kebinasaan kaum musyrikin dan mendoakan kebaikan bagi kaum muslimin.
Tiada lafaz doa yg tertentu, boleh baca apa2 saja doa yang ditujukan kepada maksud, di dalam bahasa Arab. Tapi, pastikan kita faham maksud doa yg kita baca, yer!
Jadi, mari kita sama2 lakukan untuk mendoakan kebinasaan bagi kaum Yahudi yg membunuh umat Islam di Palestin dan negara Islam yg lain, dan juga mendokan kesejahteraan umat Islam seluruhnya.
Amalkan satu sunnah, terhapuslah satu bid'ah. Amalkan satu bid'ah, hilanglah satu sunnah! pilihlah mana yang anda suka!
Hadith2 sahih tentang Qunut Nazilah;
http://www.almanhaj.or.id/content/1479/slash/0
Dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut selama satu bulan secara terus-menerus pada shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh di akhir setiap shalat, (yaitu) apabila baginda mengucap Sami’Allahu liman hamidah di raka’at yang akhir, beliau mendo’akan kebinasaan atas kabilah Ri’lin, Dzakwan dan ‘Ushayyah yang ada di perkampungan Bani Sulaim, dan jemaah di belakang baginda mengucapkan amin.
Hadits ini telah diriwayatkan oleh Abu Dawud(1), Ibnul Jarud(2), Ahmad(3), al-Hakim dan al-Baihaqi(4). Dan Imam al-Hakim menambahkan bahawa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus para da’i agar mereka (kabilah-kabilah itu) masuk Islam, tetapi mereka membunuh para da’i itu. ‘Ikrimah berkata: Inilah pertama kali qunut diadakan. (Lihat Irwaa-ul Ghalil II/163)
Dari Anas, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut selama satu bulan setelah bangkit dari ruku’, yakni mendo’a kebinasaan untuk satu kabilah dari kabilah-kabilah Arab, kemudian beliau meninggal-kannya (tidak melakukannya lagi).”
Diriwayatkan oleh Ahmad(5), Bukhari(6), Muslim(7), an-Nasaa-i(8), ath-Thahawi(9).
Dalam hadits Ibnu Abbas dan hadits Anas dan beberapa hadits yang lainnya menunjukkan bahawa pertama kali qunut dilakukan ialah ketika Bani Sulaim yang terdiri dari Kabilah Ri’lin, Hayyan, Dzakwan dan ‘Ushayyah meminta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mau mengajarkan mereka tentang Islam.
Maka, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus kepada mereka tujuh puluh orang qurra’ (para penghafal al-Qur’an), sesampainya mereka di sumur Ma’unah, mereka (para qurra’) itu dibunuh semuanya. Pada saat itu, tidak ada kesedihan yang lebih menyedihkan yang menimpa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selain kejadian itu. Maka kemudian Baginda Shallallahu ‘alaihi wa sallam qunut selama satu bulan, yang kemudian beliau tinggalkan.
Di antaranya adalah hadits Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah di bawah ini:
Dari Ibnu Umar, “Sesungguhnya dia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku’ di raka’at yang terakhir ketika shalat Shubuh, baginda membaca: “Allahummal ‘an fulanan wa fulanan wa fulanan (Ya Allah laknatlah si fulan dan si fulan dan si fulan) sesudah ia membaca Sami’allaahu liman hamidahu. Kemudian Allah menurunkan ayat (yang ertinya): ‘Sama sekali soal (mereka) itu bukan menjadi urusanmu, sama ada Allah akan menyeksa mereka atau akan mengampuni mereka. Maka sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang zhalim.’” (Ali ‘Imraan: 128)
Hadits shahih riwayat Ahmad (II/147)
Dari Abu Hurairah, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila hendak mendo’akan kecelakaan atas seseorang atau mendo’akan kebaikan untuk seseorang, beliau mengerjakan qunut sesudah ruku’, dan apabila baginda (selesai) membaca: Sami’allahu liman hamidah, (lalu) baginda membaca, ‘Allahumma… dan seterusnya (yang ertinya: Ya Allah, selamatkanlah Walid bin Walid dan Salamah bin Hisyam dan ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah dan orang-orang yang tertindas dari orang-orang Mukmin. Ya Allah, keraskanlah seksa-Mu atas (kaum) Mudhar, Ya Allah, jadikanlah atas mereka musim kemarau seperti musim kemarau (yang terjadi pada zaman) Yusuf.’”
Abu Hurairah berkata, “Nabi keraskan bacaannya itu dan baginda membaca dalam akhir shalatnya dalam shalat Shubuh: Allahummal ‘an fulanan… dan seterusnya (Ya Allah, laknatlah si fulan dan si fulan) yaitu (dua orang) dari dua kabilah bangsa Arab, sehingga Allah menurunkan ayat: ‘Sama sekali urusan mereka itu bukan menjadi urusanmu… (dan seterusnya).’”
Hadits shahih riwayat Ahmad ii/255 dan al-Bukhari No 4560
Di dalam hadits shahih riwayat Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya no. 1004 disebutkan bahawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut pada shalat Shubuh dan Maghrib.
Lafazhnya adalah sebagai berikut:
Dari Anas, ia berkata, “Qunut itu ada dalam shalat Maghrib dan Shubuh.”
Dan dalam hadits yang shahih pula disebutkan bahawa Abu Hurairah pernah qunut pada shalat Zhuhur dan ‘Isya sesudah mengucapkan Sami’allahu liman hamidahu (setelah bangkit dari ruku’ (di saat sedang i’tidal).), ia berdo’a untuk kebaikan/kemenangan kaum Mukminin dan melaknat orang-orang kafir. Kemudian Abu Hurairah berkata: “Shalatku ini menyerupai shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Lafazh haditsnya secara lengkap adalah sebagai berikut:
Dan dari Abu Hurairah, ia berkata, “Sungguh aku akan mendekatkan kamu dengan shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka, Abu Hurairah kemudian qunut dalam raka’at yang akhir dari shalat Zuhur, ‘Isya dan shalat Shubuh, sesudah dia membaca: ‘Sami’allahu liman hamidah.’ Lalu dia mendo’akan kebaikan untuk orang-orang Mukmin dan melaknat orang-orang kafir.”
Hadits shahih riwayat Ahmad (II/255), al-Bukhari (no. 797) dan Muslim (no.676 (296), ad-Daraquthni (II/37 atau II/165) cet. Darul Ma’rifah.
Memang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut pada shalat Shubuh, begitu juga Abu Hurairah, akan tetapi ingat, bahawa hal itu bukan semata-mata dilakukan pada shalat Shubuh saja! Sebab apabila dibatasi pada shalat Shubuh saja, maka hal ini akan bertentangan dengan riwayat yang sangat banyak sekali yang menyebutkan bahawa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan qunut pada lima waktu shalat yang wajib. Menurut hadits yang keenam bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak qunut melainkan apabila beliau hendak mendo’akan kebaikan atau mendo’akan kebinasaan atas suatu kaum. Maka apabila beliau qunut itu menunjukkan ada musibah yang menimpa ummat Islam dan dilakukan selama satu bulan(10)
(Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M)
_________
Foot Note
(1). Dalam kitab al-Musnad (I/301-302).
(2). Dalam kitab Mustadrak-nya (I/225-226).
(3). Dalam kitab Sunanul Kubra (II/200 & II/212).
(4). Dalam kitab al-Musnad III/115, 180, 217, 261 & III/191, 249.
(5). Di dalam kitab Shahih-nya no. 4089.
(6). Dalam kitab Shahih-nya no.677 (304), tanpa lafazh “ba’dar ruku’.”
(7). Dalam kitab Sunan-nya II/203-204.
(8). Dalam kitab Syarah Ma’anil Atsar (I/245).
(9). Dan hadits ini telah diriwayatkan pula oleh Abu Dawud ath-Thayalisi dalam Musnad-nya no.1989, Abu Dawud no.1445, sebagaimana juga telah disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Bulughul Maram no.287, lihat juga kitab Irwaa-ul Ghalil II/163.
(10). Sebelum ini telah disebutkan hadits-hadits yang menunjukkan adanya qunut pada shalat Shubuh, Zhuhur, ‘Ashar, dan ‘Isya, adapun yang menerangkan adanya qunut pada shalat Maghrib, adalah hadits Bara’ bin ‘Azib:
Dari Baraa’ bin ‘Azib, “Sesungguhnya Rasulullah shallalllahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut dalam shalat Shubuh dan Maghrib.”
Hadits shahih riwayat Ahmad IV/285, Muslim no.678 (306), Abu Dawud no.1441, at-Tirmidzi no.401, an-Nasaa-i II/202, ad-Dara-quthni II/36, al-Baihaqi II/198, ath-Thahawi II/242, Abu Dawud ath-Thayalisi dalam Musnad-nya no.737, lafazh ini milik Muslim.
.:.sumber dipetik ;http://cahaya-kemuliaanku.blogspot.com/ .:.
1 comment:
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku...,
Teruslah berbuat kebaikan, selagi kesempatan untuk itu masih ada. Mungkin tulisanku berikut ini dapat menjadi bahan renungan bersama. Semoga bermanfaat. Maaf, jika kurang berkenan...!
+++++++++++++++++++++++++++++++++++
BERBUAT BAIKLAH SELAGI ADA KESEMPATAN
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Bagi kita yang tinggal di Blitar ataupun di Surabaya dan belum pernah sekalipun ke luar negeri, mungkin kita akan menyangka bahwa Jepang itu adalah suatu negeri yang sangat jauh. Apalagi Inggris atau Perancis.
Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Karena sejauh-jauhnya negeri Jepang, Inggris maupun Perancis, toh dengan mudah bisa kita tempuh dengan menggunakan pesawat terbang, bahkan hanya memakan waktu sekian jam perjalanan saja.
Saudaraku…,
Mungkin kita menyangka bahwa bulan itu adalah sangat jauh. Karena jauhnya, hingga dalam penglihatan mata kita, nampaklah bahwa bulan tersebut terlihat sangat kecil, bahkan nampak hanya sebesar piring saja. Padahal kita semua sama-sama mengetahui, bahwa pada kenyataan yang sebenarnya bulan tersebut adalah teramat besar, bahkan milyaran kali lebih besar dibandingkan dengan sebuah piring.
Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Karena sejauh-jauhnya bulan, toh dengan mudah bisa ditempuh dengan menggunakan pesawat ruang angkasa. Bahkan perjalanan tersebut hanya memakan waktu beberapa hari saja.
Saudaraku…,
Mungkin kita menyangka bahwa matahari itu adalah teramat jauh. Karena jauhnya, hingga dalam penglihatan mata kita, nampaklah bahwa matahari tersebut terlihat sangat kecil, bahkan nampak sama dengan bulan. Padahal kita semua sama-sama mengetahui, bahwa pada kenyataan yang sebenarnya matahari tersebut adalah teramat besar, bahkan ratusan ribu kali lebih besar dibandingkan dengan bumi kita, apalagi jika dibandingkan dengan bulan.
Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Karena sejauh-jauhnya matahari, toh dengan mudah bisa ditempuh dengan menggunakan pesawat ruang angkasa. Bahkan perjalanan tersebut mungkin hanya memakan waktu beberapa bulan saja.
Saudaraku…,
Mungkin kita menyangka bahwa bintang-bintanglah yang sungguh-sungguh teramat jauh. Karena jauhnya, hingga dalam penglihatan mata kita, nampaklah bahwa bintang-bintang tersebut terlihat sangat kecil, bahkan nampak seperti titik saja, jauh lebih kecil dibandingkan matahari. Padahal kita semua juga sama-sama mengetahui, bahwa pada kenyataan yang sebenarnya bintang-bintang tersebut adalah teramat besar, bahkan begitu banyak yang jauh lebih besar dari matahari.
Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Karena sejauh-jauhnya bintang, toh dengan berjalannya waktu, suatu saat (entah kapan) ketika teknologi sudah memungkinkan – meski dengan menggunakan pesawat tak berawak – tetap saja pada akhirnya akan sampai juga ke sana. Artinya, secara logika perjalanan ke sana bukanlah sesuatu yang tidak mungkin.
Saudaraku…,
Lalu apakah gerangan yang lebih jauh dari semuanya itu? Hingga karena teramat jauhnya, maka dengan teknologi secanggih apapun, secara logika kita tidak akan mungkin bisa ke sana? Sampai kapanpun?
Saudaraku…,
Ketahuilah, bahwa yang lebih jauh dari semuanya itu, hingga karena teramat jauhnya, maka dengan teknologi secanggih apapun, secara logika kita tidak akan mungkin bisa ke sana, sampai kapanpun, ternyata adalah: kesempatan.
Yah...., ternyata yang dimaksud adalah kesempatan. Karena jika kesempatan itu sudah berlalu meninggalkan kita (meski hanya sedetik), maka kita tidak mungkin bisa ke sana lagi. Bahkan dengan teknologi secanggih apapun, dan sampai kapanpun.
Saudaraku…,
Masih jelas dalam ingatan kita, betapa masa-masa ketika kita masih SMA dahulu. Masa ketika hari-hari indah kita lalui bersama. Masa ketika hari-hari kita lalui dengan penuh canda dan tawa. Namun, ternyata masa SMA itu telah lama berlalu dan tak mungkin kembali lagi. Yah..., kita tidak mungkin ke sana lagi, kembali ke masa SMA lagi. Bahkan dengan teknologi secanggih apapun, dan sampai kapanpun. Dan bersamaan dengan berlalunya masa SMA itu, berlalu pula semua kesempatan yang ada di dalamnya. Dan kita tidak mungkin mendapatkannya lagi, selamanya.
Demikian juga dengan masa-masa ketika kita kuliah dahulu (bagi kita yang melanjutkan hingga pendidikan tinggi). Sama seperti masa-masa ketika kita masih SMA dahulu, ternyata masa kuliah itu juga telah berlalu dan tak mungkin kembali lagi. Yah..., kita tidak mungkin ke sana lagi, kembali ke masa kuliah lagi. Bahkan dengan teknologi secanggih apapun, dan sampai kapanpun. Dan bersamaan dengan berlalunya masa kuliah itu, berlalu pula semua kesempatan yang ada di dalamnya. Dan kita tidak mungkin mendapatkannya lagi, untuk selama-lamanya.
Saudaraku…,
Begitulah seterusnya. Jika kesempatan itu sudah berlalu meninggalkan kita, maka kita tidak mungkin bisa ke sana lagi. Bahkan dengan teknologi secanggih apapun, dan sampai kapanpun.
Oleh karena itu, berbuat baiklah selagi ada kesempatan. Karena sesungguhnya nikmat kesempatan itu adalah suatu nikmat pemberian Allah Yang Maha Pemurah yang begitu tinggi nilainya, tetapi seringkali kita lupakan.
Belanjakanlah di jalan Allah, sebagian dari rezki yang telah Allah berikan kepada kita, sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at.
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at.” (QS. 2. 254).
Saudaraku…,
Belanjakanlah di jalan Allah, sebagian dari rezki yang telah Allah berikan kepada kita, sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kita. Karena jika masa itu telah tiba – yaitu masa ketika kita tutup usia – maka kita dapat menangguhkannya walau hanya sesaat. Dan itu artinya kesempatan kita untuk berbuat baik telah berlalu dan tak mungkin bisa kembali lagi.
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" (QS. Al Munaafiquun. 10).
Saudaraku…,
Saling tolong-menolonglah kepada sesama, kepada saudara-saudara kita yang lain selagi kesempatan itu masih ada. Karena jika kesempatan itu telah berlalu, pergi meninggalkan kita, maka kita tidak mungkin mendapatkannya lagi. Apalagi, jika maut sudah terlanjur menjemput kita, maka masing-masing diantara kita sudah tidak bisa saling menolong lagi. Bahkan terhadap diri kita sendiripun kita tidak bisa menolong lagi, kecuali amal saleh yang telah kita kerjakan, kecuali kebaikan yang telah kita usahakan.
”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqman. 33).
”Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”, (QS. Al Israa’. 9).
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfa`at lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya kamipun menunggu (pula)". (QS. Al An’aam. 158). {Tulisan ini diambilkan dari: www.imronkuswandi.blogspot.com Maaf, jika kurang berkenan}.
Post a Comment