Wednesday, January 21, 2009

~...Ujian adalah TarbiyYah dari Allah...~



Bismillah…

Buat mereka yang sering diuji…berbanggalah kalian, kerana kalian memang seorang mukmin…setiap kita tidak dapat lari dari ujian kerana ujian itu sebagai neraca untuk meningkatkan / menurunkan darjat kita disisi Tuhan yang mana ia berpaksikan keimanan.


Teringat kata-kata seorang sahabiah ‘nak memulakan hidup baru yang bermula dari zero’. Kekecewaan yang mendalam beliau alami membuatkan apa yang ada tidak lagi beerti.


Analoginyer ana telah menghantar laptop ke kedai untuk di’format’ apa yang menarik kebiasaan technican akan bertanya sama ada ana telah backup file atau pun tidak, tidak berlaku dan ana mengandaikan bahawa depa akan tolong backup kan…mungkin kelalaian ana juga….jadi segala isi perut yang ada dalam laptop ini licin sama sekali kerana ana memang tak buat back-up file-file tersebut…maka pandan la muka dengan ana…oleh itu laptop ana telah pun memulakan fasa baru kehidupannya dengan bermula dari zero…hu3…apa kaitannyer????mungkin tiada kaitan sebenarnyer,


Cuma…minda manusia lebih hebat dari computer, sel memori yang berbillion-billion itu tidak dapat menandingi kehebatan memori computer…tapi pengurusan menyimpan dan mengemaskini memori ingatan, akal fikiran manusia sering lebih lemah dari computer…


Software sudah ada dalam diri tapi mungkin tidak diaktifkan untuk berfungsi. Rupanya seronok dapat belajar pemikiran sistemik iaitu pemikiran yang berada diluar konsep sistematik…bunyi sama tapi teori dan praktikalnya berbeza….


p/s; ana sayang kalian berdua kerana Allah, tapi ana turut kecewa dengan kekecewaan kalian...ana tak mahu kehilangan kalian...ana rindu Elya Khadijah~ ana rindu Imtisal~


ana tersepit dengan konflik kalian...Ya Allah satukanlah hati-hati kami sebagaimana bersatunya hati para sahabat Nabi dalam perjuangan... mereka juga sering berbeza pandangan tapi cintakan iman dan islam itu menyatukan hati mereka...Ya Allah berikanlah petunjuk, kekuatan dan semangat kepada dua orang sahabat kesayanganku...ameen~ =(

Wallahu’alam...

3 comments:

Imron Kuswandi M. said...

PANTASKAH KITA MENGELUH?

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Dalam Al Qur’an, Allah SWT. telah berfirman: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (QS. Al Baqarah ayat 286).

Saudaraku…,
Berdasarkan ayat tersebut, sebenarnya kita juga bisa berpikir dari arah sebaliknya. Artinya, ayat tersebut sebenarnya juga menunjukkan bahwa seberat apapun beban hidup yang saat ini sedang mendera kita, pasti Allah telah siapkan bekal kepada kita untuk menghadapinya. Bukankah: ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya?”

Dengan demikian, jika pada saat ini kita sedang mendapati adanya beban hidup yang terasa kian berat, tantangan hidup dari hari ke hari yang terasa kian kompleks, masalah demi masalah yang datang silih berganti, ataupun kesulitan demi kesulitan yang seolah datang tiada henti, maka tidak sepantasnya bagi kita untuk mengeluhkannya. Karena dalam hal ini, pasti Allah telah siapkan bekal kepada kita untuk menghadapinya. Dengan kata lain, jika pada saat ini kita sedang mendapati adanya beban hidup yang terasa kian berat, maka hal itu semua justru sebagai pertanda bahwa Allah hendak memberikan kebaikan / nikmat / kekuatan / kemudahan / rezeki kepada kita.

Jadi, ketika cobaan datang silih berganti, maka seharusnya kita justru bertanya:
”Ya Allah, nikmat apa lagi yang hendak Engkau berikan kepada kami, sedangkan tanda-tandanya sudah nampak jelas di depan mata?”
”Ya Allah, kemudahan apa lagi yang hendak Engkau berikan kepada kami, sedangkan tanda-tandanya sudah begitu jelas di depan mata?”
”Ya Allah, rezeki apa lagi yang hendak Engkau anugerahkan kepada kami, sedangkan tanda-tandanya sudah sangat jelas di depan mata?”
”Ya Allah, dst...”

Saudaraku…,
Jika cara berpikir kita seperti ini, tentunya tidak ada alasan sedikitpun bagi kita untuk mengeluh, bagaimanapun situasi/kondisi yang sedang kita hadapi. Yang terjadi justru sebaliknya. Apalagi jika hal ini kita kaitkan dengan salah satu hadits qudsi dimana Ahmad, Ibn Majah dan Albaihaqi meriwayatkan, bahwa Allah berfirman: “Aku selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka untung baginya. Dan jika berprasangka buruk, maka ia akan terkena bahayanya”. {Tulisan ini diambilkan dari: www.imronkuswandi.blogspot.com Maaf, jika kurang berkenan}.

Imron Kuswandi M. said...

Kita Tidak Mungkin Terhindar Dari Problematika Kehidupan
Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Semua diantara kita, tentunya tidak ada satupun yang mampu menghindar dari masalah selama kita masih menjalani kehidupan di dunia ini. Bahkan, seringkali yang terjadi justru sebaliknya, dimana tantangan hidup dari hari ke hari malah terasa kian kompleks.

Kita tidak perlu heran dengan kondisi tersebut, karena pada hakekatnya kehidupan di dunia ini memang sebagai sarana untuk menguji kita, apakah kita dapat menjalaninya dengan baik atau malah sebaliknya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat ke-2 (surat Al Baqarah) ayat 214 serta surat Al ‘Ankabuut ayat 2 berikut ini: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?” (QS. 2. 214). ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al ‘Ankabuut. 2).

Saudaraku…,
Mungkin diantara kita ada yang menyangka bahwa yang dimaksud dengan cobaan/ujian itu adalah kesulitan hidup karena tiadanya harta, kesusahan karena kehilangan barang berharga, kegagalan dalam berkarier, kesedihan karena ditinggal pergi oleh orang-orang tercinta (orang tua, suami/istri, saudara kandung, dsb.) untuk selama-lamanya, ketakutan dalam menghadapi hari tua, ketakutan akan tiadanya makanan hingga kelaparan datang menghampiri, dst.

Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Memang, dalam Al Qur’an surat Al Baqarah diperoleh keterangan sebagai berikut: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan..., (QS. Al Baqarah. 155).

Namun, jika kita juga membaca keterangan dalam surat Al Kahfi serta surat Al Anfaal yang menyatakan bahwa: ”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. (QS. Al Kahfi. 7). ”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS. Al Anfaal. 28).

Dari dua ayat terakhir tersebut, nampaklah bahwa cobaan/ujian itu juga dapat berupa perhiasan dunia yang bisa berupa kekayaan, kekuasaan, jabatan, kemegahan, banyaknya anak, dll. Dan hanya orang-orang yang sabarlah yang pada akhirnya nanti akan mendapatkan kabar gembira dari Sang Maha Pencipta, yaitu dengan memberikan surga untuknya. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”, (QS. Al Baqarah. 155).

Demikian juga halnya dengan orang-orang yang dalam hidupnya hanya mengharap keridhoan Allah dan Rasul-Nya. Seperti halnya dengan orang-orang yang sabar**, mereka juga akan mendapatkan kesenangan/kebahagiaan hakiki di negeri akhirat, karena Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 29: ”Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar”. (QS. Al Ahzab. 29).

Saudaraku…,
Semoga kita semuanya dapat termasuk golongan orang-orang yang sabar, yaitu apabila kita diberi limpahan harta (juga kedudukan, kekuasaan, anak-anak, dst), maka kita akan tetap sabar untuk tidak menggunakannya sebagai sarana untuk menyombongkan diri, mambanggakan diri, dst. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. Karena jika kita sampai sombong dan membanggakan diri, maka limpahan harta tersebut justru dapat melalaikan kita dari mengingat Allah sehingga dapat menyebabkan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi. Na’udzubillahi mindzalika! “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS. 4. 36). ”Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”. (QS. 63. 9).

Saudaraku…,
Ingatlah, bahwa semua yang telah diberikan-Nya kepada kita tersebut (limpahan harta, kedudukan, kekuasaan, anak-anak, dst.), semuanya itu adalah amanah dari-Nya yang pada saatnya nanti akan dimintai pertanggung jawaban. ”Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Al Qiyaamah. 36).

Juga termasuk golongan orang-orang yang sabar, yaitu apabila diberi kesulitan hidup karena tiadanya harta (kesusahan karena kehilangan barang berharga, kegagalan dalam berkarier, kesedihan karena ditinggal pergi oleh orang-orang tercinta, baik orang tua, suami/istri, saudara kandung, dsb.), maka kita akan tetap sabar untuk menghadapinya sehingga hal itu semua tidak sampai membuat kita semakin frustasi, bahkan menjadikan kita berburuk sangka kepada-Nya, seolah-olah Dia tidak berbuat adil kepada kita. Na’udzubillahi mindzalika! Ingatlah wahai saudaraku, bahwa dalam salah satu hadits qudsi, Ahmad, Ibn Majah dan Albaihaqi meriwayatkan, bahwa Allah berfirman: “Aku selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka untung baginya. Dan jika berprasangka buruk, maka ia akan terkena bahayanya”.

”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqman. 33). {Tulisan ini diambilkan dari: www.imronkuswandi.blogspot.com Maaf, jika kurang berkenan}.

Imron Kuswandi M. said...

PERTOLONGAN ALLAH ITU AMAT DEKAT

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah. 214).

”Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman”. (QS. Ash Shaf. 13).

Saudaraku…,
Dari dua ayat tersebut di atas, nampak sekali bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Oleh karena itu, mohonlah pertolongan kepada-Nya dan bersabarlah. Jangan mudah berputus asa, karena sesungguhnya pertolongan-Nya amatlah dekat. Dan hendaklah kepada-Nya saja kita bertawakkal!

“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal”. (QS. Ali ’Imran. 160).

Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. Al A’raaf. 128).

”Dan apa saja ni`mat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan”. (QS. An Nahl. 53). {Tulisan ini diambilkan dari: www.imronkuswandi.blogspot.com Maaf, jika kurang berkenan}.